Minggu, 29 Maret 2020

Kutaklukan Gadis Tomboy Yang Sangat Menggoda


CrownQQ - Huh.. Gadis itu koq tomboy sekali. Orangnya pendek, tingginya kurang lebih 150 cm. Jalannya kayak laki-laki, rambutnya selalu dipotong pendek. Dan yang jelas.. Dia tidak suka laki-laki. Mau bukti? Sampai saat ini belum pernah terdengar dia jalan sama laki-laki. Padahal umurnya sudah 35 tahun.

Tapi mengapa belum mau nikah juga. Memang sih.. Laki-laki pasti mikir kalau mau mendekati dia. Jangankan bergairah untuk mendapatkannya. Dikejar-kejar sama diapun pasti menghindar. Pernah aku tanya sama teman-teman yang lama kerja di kantorku, apa dia pernah punya pacar? Mereka menerangkan bahwa selama ini memang dia tidak pernah punya pacar.
Apakah masih perawan? Kata teman-teman,”Nggak tahu, buktikan sendiri.”
Itulah gambaran gadis yang kukenal di kantorku. Sudah 5 tahun aku jadi Pegawai Negeri di suatu instansi pemerintah di Jakarta, dan 5 tahun pula kenal dengan dia, sebut saja Nova. Nova memang sudah pegawai senior di instansiku. Walaupun umurnya lebih tua aku, tapi Nova lebih dulu jadi Pegawai Negeri.

BACA JUGA :   Diperkosa 2 Orang Hitam Dengan Nafsu Binatang

Aku sudah beristri dan punya anak satu saat masuk Instansi tempatku bekerja. Sedangkan Nova adalah seorang pegawai yang belum bersuami. Aku juga tak tahu kenapa dia belum berkeluarga, padahal dari segi umur dia sudah cukup. Sudahlah tidak perlu dipikirkan memang itu mungkin tujuan hidupnya.

Walaupun aku dan Nova beda bagian di kantorku, tapi kami sering bertemu dan berbagi cerita tentang pekerjaannya masing-masing. Apalagi kami aktif di organisasi Korpri. Tapi aku belum pernah menanyakan padanya apakah dia punya pacar, atau dia tidak suka cowok, atau lesbi atau.. Apa saja tentang rahasia pribadinya.

Suatu hari, saat aku mau pulang kantor aku berpapasan dengan Nova yang keluar dari kamar kecil.
“Eh.. Nov, kamu belum pulang,” tanyaku. Waktu itu memang kantor sedang sepi karena karyawan sudah pulang semua.
“Eh Budy.. Belum Bud, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan,” katanya sambil ngeloyor pergi meninggalkan aku yang terbengong-bengong memperhatikan punggung dia yang sedang berjalan menuju ruang kerjanya.

Tiba-tiba ada hasrat yang membuat aku melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya. Kulihat dia duduk di depan meja sambil membolak-balik map yang ada di depannya.
“Nov, sibuk ya, bisa kubantu,” tanyaku.
“Eh.. Bud.. Ngapain kamu kesini tanpa ijin? Nanti kuteriakin maling lho.”
“Yey.. Orang mau bantu malah disambut begitu”.
“Aku nggak butuh bantuan..” katanya ketus.
“Koq galak amat sih.., aku sun.. Baru tahu rasa..”

Entah mengapa aku tiba-tiba bernafsu ingin mencium bibirnya.
“Coba.. kalau berani aku tusuk perutmu pakai ini,” katanya sambil mengacungkan gunting.
Aku bukannya takut atas ancamannya, tapi jadi penasaran ingin melumat-lumat bibirnya. Tanpa pikir panjang lagi aku pegang pukul tangannya, dan “Awww..!” Nova menjerit kesakitan dan guntingpun terjatuh.

Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan, kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya dan kutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya.
“Ugh.. Ugh.. Ugh..”
Nova meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Lalu mendorongku keras-keras. Sampai aku terjatuh. Saat aku berdiri.. Plak.. Plak.. Plak.. Dia menampar pipiku keras-keras.

“Apa-apaan kamu.. Mau memperkosaku ya? Bangsat!!” katanya marah besar.
Aku dimarahi seperti itu semakin bergairah untuk memperkosanya. Kudorong bahunya dan dia jatuh terlentang di meja, aku langsung menindihnya lagi dan kekutempelkan bibirku ke bibirnya, aku lumat-lumat bibirnya. Dia meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Tapi aku semakin erat memegang bahunya dan semakin lahap melumat bibirnya. Nova terus meronta-ronta..
“Ugh.. Ugh.. Ugh..” Agen BandarQ

Napasnya tersenggal-senggal. Aku semakin asyik melumatnya bibirnya. Ada cairan hangat membasahi pipiku, aku menghentikan aksiku. Masih dalam posisi menindihnya, aku lihat ada cairan bening mengalir dipipinya. Aku jadi nggak tega. Aku menghentikan aksiku. Aku berdiri, kulihat Nova masih terlentang dan menatapku. Dipipinya mengalir deras air mata.
“Eh.. Nov, maafin aku.. Aku tak bermaksud menyakitimu. Aku minta maaf atas kelancanganku.”
“Kamu jahat, kamu mau memperkosaku,” katanya sambil menatapku nanar.
“Maafin aku, aku tidak bermaksud memperkosamu, dan aku berjanji tidak akan berbuat seperti itu lagi”.
“Benar?”
“Sumpah”
“Baik aku maafin..” katanya sambil berdiri.
“Sebagai tanda persahabatan, bolehkah aku menciummu,” kataku mulai nakal lagi.
Nova menatapku sejenak.. Tapi kemudian mengangguk. Akhirnya aku dekatkan wajahku kewajahnya, kukecup bibirnya lembut.

Nova tersenyum, “Trim.. ,” katanya.
Tiba-tiba.. Kukulum bibirnya sekali lagi.
“Ugh..” Nova mendorongku, “Kamu mulai lagi ya, dasar nakal,” katanya marah.
“Aku.. Pingin sih.. Apa kamu nggak pengin”
“Aku juga sebenarnya pengin..” katanya lirih.

Aku terhenyak kaget. Akhirnya, aku mendorongnya ke meja, aku menindihnya, kulumat-lumat bibirnya. Kali ini Nova menikmatinya. Aku ciumi pipinya, kuciumi lehernya..
“Ugh.. Ugh.. Enak.. Bud.. Akuu sukaa..” Nova merintih.
Aku terus menciumi bibir, pipi dan leher. Tanganku mencopoti kancing bajunya dan segera melepas bajunya, serta BHnya. Wow.. Gadis tomboy itu susunya indah sekali. Aku lepas bajuku.
“Kamu apa-apaan.. Kenapa bajuku kamu lep.. Aww enakk.. Putingnya giiggiit.. Aduh.. Enaak.. Wow.. Wowww.. Wowww..”

Nova menjerit-jerit ketika aku mulai meremas-remas susunya dan mengulum puting susunya serta memainkannya dengan lidah. Kubuka celanaku dan kupelorotkan Cdku, kupelorotkan roknya dan kupelorotkan CDnya.


“Nov.. penisku ngaceng.. Kumasukkan ke vagina..”
“Jangan.. Ja.. Awww.. Sssaakiit..” teriaknya ketika aku menekan penisku yang sudah tegang ke liang vaginanya. Dan.. Bless.. penisku masuk dengan susah payah.
“Sssaakitt..”
Aku tak peduli mau sakit mau nggak, aku mainkan maju mundur. Dan bles.. Sloop bless.. Sloop..
“Aw.. Aw.. Aw.. Saakii.. Eeenaak aduuh ennaak..”
“Nova.. Uuueenaakk..”
“Awww..”

Akhirnya spermaku kumuntahkan dalam perut Nova. Aku terkulai lemas.. Nova terkulai lemas..
“Bud.. Enak sekali aku suka”
“Iya.. Kamu hebat”
Kami masih di atas meja diantara tumpukan map kerja. Nova memelukku, kepalanya bersandar didadaku, tangannya meremas-remas penisku. Kubalas pelukannya dan jari tanganku kukorek-korek ke liang vaginanya.

“Bud.. Enak.. Aku suka..”
“Iya aku juga suka, aku kira kamu tak suka penis”
“Kalau penis kamu aku suka banget.., tapi vaginaku perih sekali,” katanya lirih.
“Tapi kalau vaginamu dimasukin penisku lagi pasti enak,” kataku sambil memeluknya. Tak terasa penisku mulai bangun lagi.

“Nov.. penisku ngaceng masukin lagi ya..”
“Iya deh..”
“Coba kamu nungging”
“Nungging?” katanya terheran-heran, tapi akhirnya Nova mau juga nungging.

Kulihat pantat Nova yang gede.. Wow.. Betapa indahnya vagina tersembul warna hitam dengan bulu-bulu tipis. Kunaiki Nova yang sedang nungging kupeluk dan kuremas-remas susunya.
“Oh.. Enak.. Bud.. Terus Bud.. klitorisku nyut-nyutan.. Aku penggiin penis..”
“Nova penisku kenceng bangeet..”
“Iya.. Masuukiinn doong..”
Aku nggak tahan dan upp emhh, aku teken penisku ke vaginanya yang tersembul.
“Terus.. Tekenn Budd..”
Aku teken-teken.. Tapi karena posisinya yang nungging penisku tidak bisa masuk. Susah sekali..
“Ayo Bud.. Aku nggak tahan, masukin dong.. Awww..”
“Iya.. Ini juga kumasukan tapi vaginamu kenyal dan rapet..” Domino99 Online Terbesar
“Terus Bud dikit lagi.. Aw..”

Aku terus berusaha sekuat tenaga, kutekan terus penisku, dan.. Akhir.. Bless..
“Ennaak.. Nov.. Wow.. Sedepp..” Aku merasakan nikmat yang luar biasa.
“Bud.. Aduuh.. Sakiitt.. Janggann kesitu.. Sssakitt..”
“Enakk.. Nov..” Aku terus menggenjotnya maju mundur. Bless.. Sloop.. Plup.. Bless..
“Sakit Bud.. Itu bukan.. vagina.. Itu liang dubur..”
“Hah?” Aku kaget dan berhenti menggenjot.. Tapi penisku masih didalam duburnya.
“Nov.. Ini penisku di duburmu ya?”
“I.. Iya.. Sakit sekkallii.. Aduh..”
“Tapi sudah terlanjur masuk.. Genjot ya?”
“Jangan.. Cabut.. Cepet.. Cabut.. Sakit”.

“Iya deh aku cabut,” kataku sambil menekan penisku masuk lebih dalam lagi ke liang duburnya. Dan aku menggenjotnya lagi maju mundur. Slep.. Bless.. Slep.. Bless..
“Oh.. Nova.. Silitmu ennakk sekallii.. Aduh aku suka sekali..” Slep bless.. Nova meronta-ronta..
“Aduh.. Sakit.. Cabut.. Sakit.. Cabut.. Awww.. Enaak.. Terus.. Genjot.. Tusuk terus.. Enakk, wow.. ingin.. E’e’.. Ennaak..” Slep.. Bless.. Slepp.. Bless..
“Nov.. Cabut ya penisnya di dubur.. Wow.. Enaknya”
“Jangan Bud.. Jangan cabut.. Aduh.. Mama.. Enaak.. Ingin.. Penismuu..”.
Bless.. Plup.. Aku mencabut penisku dari dubur dan kulihat penisku masih tegang..
“Budii.. Kenapa di cabut..”
Kuarahkan penisku ke vaginanya. Dan Bless.. Akhirnya masuk..

“Awww.. Budi.. Itu lubang vagina.. Enaakk.. Aku suka Budi..”
“Iya.. Akku juga suka..”
Aku terus menggenjotnya lagi kali ini tambah bersemangat.
“Bud.. Ennaak.. Taddi di bersihin dulu nggak.. penisnyaa..?”
“Aduh.. Nggak.. Wow..” Aku terus menggenjotnya
“Ada.. E’e’nya dong Bud..”
“Iyya..”
“Terus Bud.. Genjot Bud..
Gerakanku semakin lama semakin cepat dan terus.. Kupacu. Akhirnya..
“Bud.. Aku nggak tahan ingin keluar..”
“Aku.. Juggaa..”
“Awww.. Kelluuarr..”
“Ahh..”

Akhirnya spermaku kembali muncrat di dalam perutnya. Kami terkulai lemas saling berpelukan.
Diantara darah perawan yang menetes di meja.. Ada ribuan sperma yang masuk ke perutnya.. Dan bila menghasilkan anak, aku tak tahu apakah aku akan bertanggung jawab? Yang terjadi adalah.. Aku termenung menatap langit-langit dan Nova menangis memelukku menyesali apa yang telah terjadi..
Tapi.. Kami tak tahu hari esok. Daftar Agen BandarQ



Kamis, 26 Maret 2020

Diperkosa 2 Orang Hitam Dengan Nafsu Binatang


CrownQQ - Aku lulus SMA tahun 1996, setelah lulus aku langsung meneruskan studiku di New York. Di sana aku tinggal di sebuah apartemen milik saudara jauhku, di sana aku tinggal bersama seorang temanku yang dari Jakarta juga, jadi biaya tinggal bisa dibagi dua supaya irit. Sebenarnya aku datang ke sini bersama dengan pacarku, Evita, tapi dia tinggal di apartemen lain bersama temannya yang wanita juga, karena orang tua tidak setuju kami yang masih pacaran tinggal dalam satu rumah.

Tapi kadang jika ada kesempatan kami sering diam-diam melakukan hubungan kelamin, terutama bila roomate masing-masing tidak ada. Aku jadian dengannya sudah sejak kelas 3 SMA, dan mulai berhubungan badan sejak di sini. Dia seorang yang berparas cantik bagaikan artis-artis Asia Timur, berkulit putih bersih, tingginya sekitar 165 cm, badan langsing dan padat, rambutnya lurus panjang sedada dicat kemerahan.

BACA JUGA : Mendapatkan Tubuh Adik Ipar Yang Sangat Menggoda

Kami melewati hari-hari kuliah dan kehidupan muda-mudi di sana dengan gembira sampai akhir tahun 1998 yang lalu. Saat itu di sana sudah mulai suasana Natal, teman-temanku banyak yang sudah pulang termasuk roomate-ku, aku dan Evita pun sudah bersiap-siap akan pulang liburan juga. Tapi karena kehabisan tiket pesawat ke Indonesia kami berdua terpaksa menunggu seminggu kemudian. Roomate-ku pulang paling awal karena kebetulan ibunya sakit. Setelah dia pergi sambil menunggu tanggal kepulangan kami, Evita sering ke apartemenku bahkan menginap di sini, saat itu temannya juga sudah pulang.

Beberapa hari sebelum pulang. Aku dan Evita pulang dari taman hiburan pada larut malam, kami sampai di apartemenku kira-kira jam 10 malam. Saat itu daerah di sekitar sana sudah sepi, aku masuk dan membuka pintu. Kami begitu terkejut ketika kulihat ruang tamu sudah berantakan seperti habis ada pencuri, dan kudengar suara gaduh di kamarku. Segera aku ke sana dengan membawa pisau dapur untuk memeriksanya. Pintu kamar kudobrak tapi belum sempat aku mengetahui apa-apa kepalaku sudah dipukul dari belakang sampai pingsan.

Aku tidak tahu apa-apa selanjutnya sampai aku merasa tubuhku digoncang-goncang seseorang, aku tersadar dan menemukan diriku sudah dalam keadaan terikat di sebuah kursi dan mulutku disumpal kain sehingga tidak bisa bersuara. Aku melihat seorang pria negro di depanku yang menyuruhku bangun, orangnya berbadan tinggi besar dan kepalanya plontos. Dan satu orang lagi juga negro berbadan agak gemuk. Yang membuatku panas adalah si negro gendut itu sedang duduk di pinggir ranjangku sambil memangku Evita yang saat itu tinggal memakai BH dan celana dalamnya saja. Agen BandarQ

Evita menangis minta dilepaskan. Tapi si gendut itu tidak menghiraukannya, dia meremas-remas payudara Evita yang masih terbungkus BH itu, menjilati lehernya, lalu berkata, “Diam, jangan macam-macam atau kupatahkan lehermu, nurut saja kalau mau selamat!”. Dan si botak berkata kepadaku, “Hei, sudah bangun ya, pacarmu boleh juga, kami pinjam dia sebentar ya, baru pergi”, dia berkata begitu sambil menepuk-nepuk pipiku, aku mau berontak tapi tak bisa apa-apa. Lalu dia mendekati Evita dan berkata, “Ok, sayang, ini waktunya pesta, ayo kita bersenang-senang!” Dia menyuruh Evita berlutut di depannya dan menyuruhnya membukakan celananya lalu mengulum batang kemaluannya.

Sambil menangis Evita memohon belas kasih, “Jangan.. tolong jangan perkosa saya, ambil saja semua barang di sini!” belum selesai berkata tiba-tiba, “Pllaakk..” si botak menampar pipinya dan menjambak rambutnya, dengan paksa Evita dibuat berlutut di depannya, “Masukkan ke dalam mulut kamu, hisap atau saya bunuh kamu!” Terpaksa dengan putus asa Evita membuka celananya dan begitu dia menurunkan celana dalamnya tampaklah benda hitam panjang berwarna hitam, tanpa buang waktu si botak segera memasukkan benda itu ke mulut Evita, batang kemaluannya tidak dapat sepenuhnya masuk karena terlalu besar, dengan kasar dia memaju-mundurkan kepala Evita.

Temannya yang gendut juga tidak tinggal diam, setelah dia melepas semua pakaiannya dia berdiri di samping Evita, menyuruh Evita mengocokkan batang kemaluannya dengan tangan, batang kemaluan si gendut tidak sebesar temannya, tapi diameternya cukup lebar sesuai dengan tubuhnya. Sekarang Evita dalam posisi berlutut dengan mulut dijejali kemaluan si botak dan tangan kanannya mengocok batang kemaluan si gendut.

“Emmhh.. benar-benar enak emutan gadis Asia, lain dari yang lain”, kata si botak.
“Iya, kocokannya juga enak banget, tangannya halus nih”, timpal yang gendut. Si botak akhirnya ejakulasi di mulut Evita, cairan putih kental memenuhi mulut Evita menetes di pinggir bibirnya seperti vampire baru menghisap darah, dan Evita terpaksa meminum semuanya karena takut ancaman mereka. Setelah itu mereka melepas BH dan CD Evita sehingga dia benar-benar telanjang bulat sekarang, tampaklah payudara 34B-nya dan bulu-bulu kemaluannya yang lebat.


Kali ini si gendut duduk di pinggir ranjang dan menyuruh Evita berjongkok di depannya sambil memijati batang kemaluan dengan payudaranya. Evita terpaksa menggesek-gesekkan payudaranya di kemaluan itu sambil menjilati ujung batang kemaluannya sehingga si gendut mendengus keenakan. Sementara itu si botak berbaring di bawah kemaluan Evita dan menjilati liang kemaluannya sambil sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke liang kemaluan itu.

sekitar 10 menit dikocok, si gendut memuncratkan maninya dan membasahi wajah serta payudara Evita. Kali ini dia sudah tak tahan dengan rasa cairan itu, sehingga dia memuntahkannya. Melihat itu si gendut jadi gusar, dia lalu menjambak rambut Evita dan menampar pipinya sampai dia jatuh ke ranjang, “Pelacur, kurang ajar, berani-beraninya membuang air maniku.. kalo sekali lagi begitu kurontokkan gigimu, dengar itu!” bentaknya. Kemarahanku bangkit karena pacarku diperlakukan begitu, aku meronta-ronta di kursiku tapi ikatannya terlalu kencang sehingga hanya dapat membuat kursi itu bergoyang-goyang. Melihat reaksiku si gendut berkata, “Kenapa? Kamu tidak terima ya pacarmu kami pinjam, tapi sayang sekarang kamu nggak bisa ngapa-ngapain, jadi jangan macem-macem ya, ha.. ha.. ha..!”

Mereka kembali menggerayangi tubuh Evita, kali ini si gendut membuka lebar pahanya dan memasukkan batang kejantanannya ke liang kemaluan Evita. Batang kemaluan yang ukurannya besar itu dimasukkannya dengan paksa ke liang kemaluan Evita yang masih sempit, sehingga dari wajah Evita terlihat dia menahan sakit yang amat sangat. Sementara itu si botak dengan ganasnya beradu lidah dengan Evita sambil tangannya turut bekerja memilin-milin putingnya. Si gendut memaju-mundurkan pantatnya dengan cepat. Selama beberapa menit digenjot akhirnya badan Evita menegang sampai secara refleks dia memeluk si botak yang sedang menjilati payudaranya, dia mengalami orgasme sampai akhirnya melemas kembali.

“He.. he.. he.. Baru kali ini kan loe ngerasain pria Negro, gimana rasanya enak tidak, jawaabb..!” bentak si gendut sambil menarik rambutnya.
Karena takut mereka semakin gila, terpaksa dengan berlinang air mata dia menjawab, “E.. e.. enak, enak sekali!”
“Jawab lebih keras supaya pacar loe dengar pengakuan loe!” kata si botak.
“Iya, saya suka sekali bercinta dengan kalian”, jawabnya dengan lebih keras.
“Tuh, kamu dengar kan, apa kata pacarmu, dia suka pada kami, ha.. ha.. ha..!” ejek mereka padaku.

Hatiku benar-benar serasa mau meledak tapi aku tidak bisa apa-apa. Kemudian si botak membuat posisi badan Evita gaya posisi anjing, dia memasukkan kejantanannya yang berukuran 20 cm lebih itu ke pantatnya hingga terbenam seluruhnya, lalu dia menariknya lagi dan dengan tiba-tiba sepenuh tenaga dihujamkannya benda panjang itu di pantat Evita hingga membuatnya tersentak kaget dan kesakitan sampai matanya membelakak disertai teriakan panjang, “Aaahh..! Stoop, kumohon jangan!” Mereka berdua malah tertawa-tawa menyaksikan hal itu. Si gendut menimpali, “Sstt, tenang sayang, jangan terlalu ribut, kalo ada orang masuk kalian berdua celaka nanti!” Sekarang Evita sedang menghisap kemaluan si gendut sementara si botak menggenjotnya dari belakang. Domino99 Online Terbesar

Payudaranya yang bergantung itu juga dimainkan oleh mereka berdua. Tidak lama si botak ejakulasi karena terlalu sempit. Dari mulut Evita yang dipenuhi batang kemaluan yang besar itu hanya terdengar, “Emhh.. emhh.. emmhh!” Mereka berganti posisi lagi, kali ini si botak memangku Evita dengan membelakanginya dan menancapkan batang kemaluannya ke liang kemaluan Evita.

Dia menggerakkan pantatnya naik turun, dan Evita pun tanpa terasa, turut mengikuti irama gerak si gendut. Si botak mengambil sekaleng bir dari kulkas dan menyiramkannya ke tubuh Evita lalu menjilat-jilat tubuh mulus itu. Si gendut juga sambil bergoyang menjilati leher jenjang Evita, lidah si botak lalu bermain dalam mulutnya sementara tangannya meremas-remas payudara kenyal padat itu. Evita yang sudah tidak berdaya itu hanya bisa menangis sambil menatap padaku dengan ekspresi menyedihkan dan sesekali mengeluarkan suara, “Ahh.. emmhh.. ahh..”

Setelah si gendut selesai dengan gaya pangkuannya, tampaknya si botak belum puas. Dia memiringkan tubuh Evita lalu mengangkat kaki kanan Evita ke bahunya dan mulai melancarkan tusukan-tusukan mautnya di liang kemaluan Evita. Dia menahan sakit bercampur nikmat itu dengan menggigit kain bantal, wajahnya yang sudah penuh air mata dan memar bekas tamparan itu tidak membuat iba kedua bajingan itu, si botak tanpa kenal ampun berkali-kali menghujamkan senjatanya dengan sepenuh tenaga. Temannya yang gendut itu juga menjilati payudara Evita, lidahnya bermain-main di ujung putingnya.

Akhirnya Evita pingsan karena kehabisan tenaga. Mereka membuang mani mereka di tubuh mulus itu dan meratakannya hingga mengkilap. Yang lebih kejam lagi si botak malah mengencingi tubuh yang sudah tidak berdaya lagi. Sesudah beres-beres mereka berkata padaku, “Hei, kami kembalikan tuh pacarmu, dia cantik tapi sayang terlalu lemah, baru segitu saja sudah pingsan, tapi kami cukup puas juga kok sama servisnya, thank you man, bye..” Mereka pun menghilang di kegelapan malam bersama hasil jarahannya. Kasihan sekali nasib Evita sejak malam jahanam itu, dia sering termenung dan menangis sendirian.

Sepulangnya ke Jakarta dia juga tidak mau kembali lagi ke New York. Terpaksa kuliahnya dilanjutkan di Indonesia saja. Memang melalui terapi intensif, dia mulai bisa kembali bergaul seperti biasa. Tapi dia masih trauma pada orang negro, melihat negro di film pun dia kadang merasa agak kaget. Untung aku dan keluarganya terus memperhatikan dan masih mau menerima dia apa adanya. Yang disayangkan adalah pelakunya belum tertangkap, dan sejak itupun aku pindah apartemen agar tidak terlalu terpikir pada peristiwa nahas itu. Dan memang kabarnya daerah itu memang tidak begitu aman karena lokasinya tidak jauh dari tempat mangkalnya geng-geng dan pengangguran. Aku hanya berharap suatu hari kedua bajingan itu tertangkap dan mendapat hukuman seberat-beratnya. Daftar Agen BandarQ



Selasa, 24 Maret 2020

Mendapatkan Tubuh Adik Ipar Yang Sangat Menggoda


CrownQQ - Aku punya adik ipar, Fitri namanya. Orangnya cantik, masi di SMU. Bodinya proporsional, gak toge tapi tocil juga enggak. Pinggulnya rada gede juga sehingga kalo liat dia jalan pake jins ketat dari blakang, goyangan pantatnya merangsang juga. Yang lebi merangsang lagi, Fitri punya kumis halus diatas bibir mungilnya. Pasti jembutnya rimbun deh, dan yang lebi penting lagi napsunya besar.

Aku gak tau napa kok dia dikirim ortunya ke tempat kakaknya (istriku) untuk melanjutkan sekolahnya, padahal dia baru kelas 1. Biasanya kalo dah lulus SMU ya mo nerusin skolah pindah bisa dimengerti. Aku gak banyak nanya ke istri tentang kepindahan Fitri kerumahku. Yang aku tau, Fitri tu bukan adik kandung istri tapi dia diangkat anak oleh mertuaku sejak kecil, dan sudah dianggap sebagai anak sendiri. Istriku kerja sebagai tenaga marketing suatu perusahan asing sehingga sering sekali mendapat tugas keluar kota, sedang aku bekerja sebagai konsultan freelance, sehingga banyak melakukan pekerjaan dari rumah saja. Ketempat klien kalo diperlukan saja. Ya gak apa si, itung2 aku jadi penunggu rumah.

Makanya aku seneng banget ketika Fitri tinggal dirumahku. Aku membantu mengurus kepindahan Fitri ke SMU yang deket dengan rumahku, repot juga birokrasinya, tapi dengan sedikti pelicin semuanya akhirnya beres dan Fitri diterima disekolah tersebut dan boleh langsung masuk. Baru 2 hari Fitri dirumah, istriku dapet tugas keluar kota lagi ke Sulawesi sehingga makan waktu 2 mingguan. Ya namanya tugas, harus dilaksanakan, baeknya kami belon punya anak, sehingga aku gak repot kalo ditinggal2 seperti itu. aku terbiasa mengurus rumahtangga, karena sejak dulu aku selalu hidup sendiri.

BACA JUGA :  Goyangan Ganas Dari Penjual Roti Yang Montok

Sore itu, Fitri aku ngajak ngobrol di sofa. Dia pake celana pendek yang pendek banget dan tanktop, kayanya gak pake bra, sehingga toketnya bergerak mengikuti gerakan badannya. Merangsang juga ni anak. Aku nanya kenapa kok dia pindah ketempatku. “Mangnya mas gak tau ya”, kata Fitri. “Aku gak nanya kakakmu Yu, dia juga gak crita apa2 ke aku, cuma bilang kamu mo pindah skolah kesini ja”. “Fitri malu ni mas critanya”. “Napa malu, aku kan masmu sendiri”. “aku maen ma om tetangga rumah mas”.

“Wah, enak dong si om dapetin kamu”. “Ah mas, Fitri serius ni”. “Ya terus?” “Si om juga yang mrawanin Fitri, tapi enak, makanya Fitri jadi ketagihan terus deh maen ma si om”. “Kamu maennya dimana Yu’. “Mula2 dirumah si om, waktu tantenya lagi pergi. Dah gitu suka janjian ketemuan di mal, trus cek in ke motel, waktu Fitri pulang skolah”. “maennya brapa ronde kalo dimotel”. “Karna gak bisa lama2 ya cuma 2 ronde, kan mesti pulang sore Fitri nya”. “Gak perna sampe nginep ya Yu”. Perna mas, si om bohong ma tante katanya mo pergi keluar kota, padahal cek in ma Fitri di hotel semalem. Fitri bilang ma bonyok nginep dirumah temen. Wah si om napsu banget maennya dihotel, ampe 4 ronde mas”. “Wah mas jadi kringeten neh ngebayangin Fitri maen ma si om”.

“Kok ngebayangin si mas”. “La iya lah, kamu critanya napsuin gitu”. “Trus mas ngaceng ya” “La iya lah, lelaki mana yang gak ngaceng kalo dengerin Fitri crita lagi maen. Trus kenapa kok Fitri disuru ketempat mas ma kakak?” “Ketauan juga mas ma bonyok. Ada yang bilang dia liat Fitri ma si om gandengan di ml. Ya udah deh, Fitri gak bisa ngelit lagi. Heboh juga karena bonyok mengcounter si om. Baiknya bisa didamein, tadinya bokap mo bawa kasus ini ke polisi segala. Baeknya enggak”. “Kadung malu, makanya Fitri disuru ke tempat mas ma kakak. Mas masi kringeten?” tanyanya sambil tertawa, manis sekali ni akan, seksi lagi cuma celana pendek banget dan tanktop tanpa bra. “Mas, dah nikah segini lama kok gak punya anak si, mas gak bisa ya”.

“Enak aja, mo mas buktiin ma kamu kalo mas bisa?” jawabku membuka front. “Mangnya mas brani ngelakuin ma Fitri?” “Napa enggak, kalo Fitrinya mau tapi”. Fitri diem saja. “Mau gak Yu, aku si mau banget lo”. “Gak enak ma kakak mas”. “Ya tapi kakakmu tu kerjanya kluar kota terus, mas ditinggal sendiri terus, gimana mo bikin anak kan”. “Kacian, mas kesepian ya, kan skarang ada Fitri yang nemenin”. Dia duduk merapat ke aku. “Mau ya Yu”, kataku sambil mengelus pipiku. Fitri noleh ke aku, aku tidak menyia2kan kesempatan ini, perlahan tapi pasti aku mengecup bibir mungilnya.

Fitri membiarkan aku mengulum2 bibirnya, kemudian ciuman kuarahkan ke
lehernya, terus menyusur kepipinya. Tubuhnya bergeser makin merapat, bibirnya kulumat lagi dengan lembut. Sambil kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, tangan kuslusupkan kedalam tanktopnya dan meremas lembut toketnya yang masih terbungkus bra. Ohh.., toketnya ternyata tercakup seluruhnya dalam tanganku. Dan Fitri rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsunya, padahal baru awal pemanasan.

“Kamu dah pengen ya Yu”. “Iya mas, dah lama rasanya Fitri gak ngerasain nikmat lagi”. “Mau kan aku kasi kenikmatan”. “Mau banget mas”. Bibirku mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan tanktopnya, lehernya kukecup, kujilat kadang kugigit lembut. Sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. Kemudian tanganku menjalar ke punggungnya dan melepas kaitan branya sehingga toketnya bebas dari penutup. Bibirku terus menelusur di permukaan kulitnya. Dan mulai pentil kirinya tersentuh lidahku dan kuhisap.

Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketnya akan kuhisap. Dan tangan satuku mulai turun dan memainkan pusernya, membuat Fitri merasa geli tapi nikmat, napsunya makin berkobar karena elusan tanganku. Kemudian tanganku turun lagi dan menjamah selangkangannya. me meknya yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu kulakukan sampai akhirnya aku kemudian membuka ristsluiting celana pendeknya dan menarik celananya ke bawah. Tinggalah CD mininya yang tipis yang memperlihatkan jembutnya yang lebat, saking lebatnya jembutnya muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu.

jembutnya lebih terlihat jelas karena CDnya sudah basah karena cairan me meknya yang sudah banjir. Kubelai celah me meknya dengan perlahan. Sesekali jariku menyentuh it ilnya’ karena ketika dielus pahanya otomatis mengangkang agar aku bisa mengakses daerah me meknya dengan leluasa.
kemudian CDnya yang sudah basah itu kulepaskan. Fitri mengangkat pantatnya agar aku bisa melepas pembungkus tubuhnya yang terakhir.


Jariku mulai sengaja memainkan it ilnya. Dan akhirnya jariku itu masuk ke dalam me meknya. bibirku terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali kuhisap dan terus menjalar ke perutnya. Dan akhirnya sampailah ke me meknya. Kali ini kucium jembutnya yang lebat dan bibir me meknya kubuka dengan dua jari. Dan akhirnya kembali me meknya kumainkan dengan bibirku, kadang bibirnya kuhisap, kadang it ilnya, akhirnya lidahku masuk di antara kedua bibir me meknya sambil menghisap it ilnya. Hanya dalam beberapa menit Fitri benar-benar tak tahan. Dan.. Fitri mengejang dan dengan sekuatnya Fitri berteriak sambil mengangkat pantatnya supaya merapatkan it ilnya dengan mulutku, dia meremas-remas rambutku. Aku terus mencumbu me meknya, belum puas aku memainkan me meknya hingga napsunya bangkit kembali dengan cepat.

“Mas, Fitri sudah pengen dien tot.” katanya memohon sambil membuka pahanya lebih lebar. Aku pun bangkit, mengangkat badannya yang sudah lemes dan kubawa ke kamar. Fitri kubaringkan di ranjang dan aku mulai membuka baju, kemudian celana. Fitri terkejut melihat kon tolku yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDku. Kemudian aku juga melepas CDku. “Mas, gede banget kon tol mas, mana panjang lagi”. “Mana gedean ma si om?” “gedean mas lah”. Sementara itu Fitri terbaring menunggu. kon tolku yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Fitri merinding apakah muat kon tol segitu besarnya di me meknya.

 Dan saat aku pelan-pelan menindihnya, Fitri membuka pahanya makin lebar, rasanya tidak sabar me meknya menunggu masuknya kon tolku yang extra gede itu. Fitri pejamkan mata. Aku mulai mendekapnya sambil terus mencium bibirnya, bibir me meknya mulai tersentuh ujung kon tolku. Sebentar kuusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir me meknya terdesak menyamping.
Terdesak kon tol besarku itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang me meknya dimasuki kon tolku. Fitri menahan nafas. Mili per mili. Pelan sekali terus masuk kon tolku. Fitri mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya.

Terus.. Terus..Akhirnya ujung kon tolku menyentuh bagian dalam me meknya, maka secara refleks Fitri merapatkan pahanya, aku terus menciumi bibir dan lehernya. Dan tanganku tak henti-henti meremas-remas toketnya. kon tol besarku mulai kuenjotkan halus dan pelan. supaya Fitri tidak kesakitan. Fitri benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah dia alami. Nafasnya cepat sekali memburu, terengah-engah. Fitri benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kon tol besar ku. Maka hanya dalam waktu yang singkat Fitri makin tak tahan. aku tahu bahwa Fitri semakin hanyut. Maka makin gencar aku melumat bibir dan lehernya, dan remasan di toketnya makin kuat.

Dengan tusukan kon tolku yang agak kuat dan kupepet it ilnya dengan menggoyang goyangnya, Fitri menggelepar, tubuhnya mengejang, tangannya mencengkeram kuat-kuat sekenanya. me meknya menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah dia alami. Fitri benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Fitri tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. “Mas, Fitri nyampe maas”, teriaknya. Setelah selesai, pelan pelan tubuhnya lunglai, lemas. dua kali Fitri nyampe dalam waktu relatif singkat, aku membelai rambutnya yang basah keringatan. Dia membuka matanya, aku tersenyum dan menciumnya lembut sekali, tak henti hentinya toketnya kuremas-remas pelan.

Tiba tiba, serangan cepat bibirku melumat bibirbya kuat dan diteruskan ke leher serta tanganku meremas-remas toketnya lebih kuat. Napsunya naik lagi dengan cepat, saat kembali aku mengenjotkan kon tolku semakin cepat. Uhh, sekali lagi Fitri nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali Fitri berteriak lebih keras lagi. Aku terus mengenjotkan kon tolku dan kali ini aku ikut menggelepar, wajahku menengadah. Satu tanganku mencengkeram lengannya dan satunya menekan toketnya. Fitri makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam me meknya, menyembur berulang kali. Oh, terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi me meknya, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat.

Setelah selesai, aku memiringkan tubuh dan tanganku tetap meremas lembut toketnya sambil mencium wajahnya. Fitri senang dengan perlakuanku terhadapnya. “Yu, kamu luar biasa, me mekmu peret dan nikmat sekali”, pujiku sambil membelai dadanya. “Mas juga hebat. Bisa membuat Fitri nyampe beberapa kali, dan baru kali ini Fitri bisa nyampe dan merasakan kon tol raksasa. Hihi..” “Jadi kamu suka dengan kon tolku?” godaku sambil menggerakkan kon tolku dan membelai belai wajahnya. “Ya mas, kon tol mas nikmat, besar, panjang dan keras banget” jawabnya jujur. “Enak mana mas, ngen totin kakak apa ngen totin Fitri”. “Nikmat ma kamu Yu, me mek kamu peret banget”. “Mangnya me mek kakak gak perert, kan kakak belon punya anak”. “Gak tau deh, aku puas banget ngen totin kamu”.


“Ya udah, mas ngen totin Fitri ja kalo kakak kluar kota”. Aku tidak langsung mencabut kon tolku, tapi malah mengajak mengobrol sembari kon tolku makin mengecil. Dan tak henti-hentinya aku mencium, membelai rambutnya dan yang paling aku suka membelai toketnya. Fitri merasakan pejuku yang bercampur dengan cairan me meknya mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kon tol kucabut sambil menciumnya lembut sekali. Benar benar Fitri terbuai dengan perlakuanku. Fitri tertidur dalam pelukanku, sepertinya dia merasa nyaman dan benar-benar terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya dibayangkan saja.
Fitri bangun masih dalam pelukanku. Agen BandarQ

“Kamu tidur nyenyak sekali, Yu”, kataku sambil membelai rambutnya. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Aku lalu mengajaknya mandi. Kubimbing Fitri ke kamar mandi, saat berjalan Fitri merasa masih ada yang mengganjal me meknya dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahanya, saking banyaknya aku mengecretkan peju di dalam me meknya.

Dalam bathtub yang berisi air hangat, Fitri duduk di atas pahaku. Aku mengusap-usap menyabuni punggungnya, dan Fitripun menyabuni punggungku. Aku memeluknya sangat erat hingga dadaku menekan toketnya. Sesekali Fitri menggeliatkan badannya sehingga pentilnya bergesekan dengan dadaku yang dipenuhi busa sabun. pentilnya semakin mengeras. Pangkal pahanya yang terendam air hangat tersenggol2 kon tolku. Hal itu menyebabkan napsunya mulai berkobar kembali.

Fitri kutarik sehingga menempel lebih erat ke tubuhku. Aku menyabuni punggungnya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tanganku terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Aku mengusap-usap pantatnya dan kuremasnya. kon tolku pun mulai ngaceng ketika menyentuh me meknya. Terasa bibir luar me meknya bergesekan dengan kon tolku. Dengan usapan lembut, aku terus menyusuri pantatnya. Aku mengusap beberapa kali hingga ujung jariku menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan me meknya. “Mas nakal!” desahnya sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.

Walau tengkuknya basah, Fitri merasa bulu roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari me meknya. Fitri menggeliatkan pinggulnya. Aku mengecup lehernya berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir me meknya. Tak lama kemudian, tanganku semakin jauh menyusur hingga akhirnya mengusap2 lipatan bibir luar me meknya. Aku berulang kali mengecup lehernya. Sesekali kujilat, sesekali kugigit dengan gemas. “Aarrgghh.. Sstt.. Sstt..” rintihnya berulang kali. Lalu Fitri bangkit dari pangkuanku. Fitri tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di me meknya.

Tapi ketika berdiri, kedua lututnya terasa goyah. Dengan cepat aku pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhnya. Aku tak ingin Fitri terjatuh. Aku menyangga punggungnya dengan dadaku. Lalu kuusapkan kembali cairan sabun ke perutnya.

 Aku menggerakkan tangan keatas, meremas dengan lembut kedua toketnya dan pentilnya kujepit2 dengan jempol dan telunjuk. Pentil kiri dan kanan kuremas bersamaan. Lalu aku mengusap semakin ke atas dan berhenti di lehernya. “Mas, lama amat menyabuninya” rintihnya sambil menggeliatkan pinggulnya. Fitri merasakan kon tolku semakin keras dan besar. Hal itu dapat dirasakannya karena kon tolku makin dalam terselip di pantatnya. Tangan kirinya segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelerku dengan gemas. Aku menggerakkan telapak kanan ke arah pangkal pahanya. Sesaat aku mengusap usap jembut lebatnya, lalu mengusap me meknya berulang kali. Jari tengahku terselip di antara kedua bibir luar me meknya. Aku mengusap berulang kali.

it ilnya pun menjadi sasaran usapanku. “Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan kon tolku makin kuat menekan pantatnya. Fitri merasa lendir membanjiri me meknya.Fitri jongkok agar me meknya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah diantara bibir me meknya dengan mengusapkan 2 jarinya.

Ketika menengadah Fitri melihat kon tolku telah berada persis didepannya. kon tolku telah ngaceng berat. “Mas, kuat banget sih, baru aja ngecret di me mek Fitri sekarang sudah ngaceng lagi”, katanya sambil meremas kon tolku, lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya ujung kepala kon tolku. Tubuhku bergetar menahan nikmat ketika Fitri menjilati kepala kon tolku. Aku meraih bahunya karena tak sanggup lagi menahan napsu. Setelah Fitri berdiri, kaki kirinya kuangkat dan kuletakkan di pinggir bath tub.

Fitrikubuat menungging sambil memegang dinding di depannya dan aku menyelipkan kepala kon tolku ke celah di antara bibir me meknya. “Argh, aarrgghh..,!” rintihnya. Aku menarik kon tolku perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar me meknya ikut terdorong bersama kon tolku. Perlahan-lahan menarik kembali kon tolku sambil berkata “Enak Yu?” “Enaak banget mas”. Aku mengenjotkan

kon tolku dengan cepat sambil meremas bongkah pantatnya dan tanganku satunya meremas toketnya. “Aarrgghh..!” rintihnya ketika merasakan kon tolku kembali menghunjam me meknya. Fitri terpaksa berjinjit karena kon tolku terasa seolah membelah me meknya karena besarnya. Terasa me meknya sesek kemasukan kon tolku yang besar dan panjang itu. Aku dengan erat mememegang pinggulnya dan mengenjotkan kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahaku berbenturan dengan pantatnya.

 “Aarrgghh.., aarrgghh..! Mas.., Fitri nyampe..!” Fitri lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Aku juga tidak dapat menahan pejuku lebih lama lagi. “Aarrgghh.., Yu”, kataku sambil menghunjamkan kon tolku sedalam-dalamnya. “Mas.., sstt, sstt..” katanya karena berulangkali merasa tembakan pejuku dime meknya. “Aarrgghh.., Yu, enaknya!” bisikku ditelinganya. “Mas.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dien tot mas”, jawabnya karena nikmat ketika dia nyampe. aku masih mencengkeram pantatnya sementara kon tolku masih nancep dime meknya. Beberapa saat kami diam di tempat dengan kon tolku yang masih menancap di me meknya. Agen BandarQ

Kemudian aku membimbingnya ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Setelah selesai aku keluar duluan, sedang Fitri masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, Fitri keluar dari kamar mandi. Aku sudah menyiapkan makan seadanya. Fitri kupersilakan minum dan makan sambil mengobrol, dan diiringi lagu lembut. Setelah makan, aku lalu memintanya duduk di pangkuanku. Fitri menurut saja. Sambil mengobrol, Fitri kumanja dengan belaian. Kuraih dagunya, dan kucium bibirnya dengan hangatnya, Fitri mengimbangi ciumanku. selanjutnya aku mulai

meremas-remas lembut toketnya, kemudian menelusuri antara dada dan pahanya. Fitri sadar bahwa sesuatu yang dia duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung Fitri bangkit. Fitri bersimpuh di depanku, kon tolku sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala kon tolku sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu diraih,dibelai dan kulupnya ditutupkan lagi. sebelum penuh ngacengnya langsung Fitri mengulum kon tolku. Fitri memainkan kulup kon tol yang tebal dengan lidahnya. Ditariknya kulup ke ujung, membuat kepala kon tolku tertutup kulupnya dan segera dikulum, dimainkan kulupku dengan lidahnya dan diselipkannya lidahnya ke dalam kulupku sambil lidahnya berputar masuk di antara kulup dan kepala kon tolku. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya kon tolku makin membengkak.

aku mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahnya dan membuat mulutnya semakin penuh. “Mas hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk mas”, katanya yang juga sudah terangsang. Aku makin tak tahan menerima rangsangan lidahnya.

Maka Fitri kuajak ke tempat tidur. kakinya kutahan sambil tersenyum, kuteruskan dengan membuka kakinya dan aku langsung menelungkup di antara pahanya. “Aku suka melihat me mek kamu yu” ujarku sambil membelai bulu jembutnya yang lebat. “Mengapa?” “Sebab jembutmu lebat dan cewek yang jembutnya lebat napsunya besar, kalau dien tot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya”. Aku terus membelai jembutnya dan bibir me meknya. Kadang-kadang kucubit pelan, kutarik-tarik seperti mainan.
Fitri suka me meknya dimainkan berlama-lama, Fitri terkadang melirik apa yang kulakukan. Seterusnya dengan dua jari aku membuka bibir me meknya, Fitri makin terangsang dan makin banyak keluar cairan dari me meknya. aku terus memainkan me meknya seolah tak puas-puas memperhatikan me meknya, kadang kadang kusentuh sedikit it ilnya, membuat Fitri penasaran.

Tak sadar pinggulnya mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat Fitri mengangkat pinggulnya, langsung kusambut dengan bibirku. Aku menghisap lubang me meknya yang sudah penuh cairan. Lidahku ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk me meknya, dan saat kujilat it ilnya dengan ujung lidah, cepat sekali menggelitik ujung it ilnya, benar benar Fitri tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat Fitri tak sadar berteriak.. “Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia terangsang, dan Fitri sudah tak tahan lagi. “Ayo dong mas, Fitri pingin dien tot lagi” ujarnya sambil menarik bantal.

Aku langsung menempatkan tubuhku makin ke atas dan mengarahkan kon tol gedeku ke arah me meknya. Fitri masih sempat melirik saat aku memegang kon tolku untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir me meknya. saat kepala kon tolku telah menyentuh di antara bibir me meknya, Fitri menahan nafas untuk menikmatinya. setelah kepala kon tolku mulai menyelinap di antara bibir me meknya dan menyelusup lubang me meknya, pelan-pelan kutekan dan aku mulai mencium bibirnya lembut. Makin ke dalam. Fitri merapatkan pahanya supaya kon tolku tidak terlalu masuk ke dalam. Aku langsung menjepit kedua pahanya hingga terasa sekali kon tolku menekan dinding me meknya. kon tolku semakin masuk.

Belum semuanya masuk, aku menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulnya naik mencegahnya agar tidak lepas. Beberapa kali kulakukan sampai akhirnya Fitri penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah aku puas menggodanya, tiba tiba dengan hentakan agak keras, kupercepat gerakan mengenjot hingga Fitri kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, aku meremas toketnya dan menciumi lehernya. Akhirnya Fitri mengelepar-gelepar. Dan sampailah Fitri kepuncak. Tak tahan Fitri berteriak, terus. aku menyerang dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya Fitri melewati puncak kenikmatan.

Lama sekali. Tak kuat Fitri meneruskannya. Fitri memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenaganya dengan orgasme berkepanjangan. Akhirnya aku pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatku. Fitri terkulai lemas sekali, keringatnya bercucuran. Hampir pingsan Fitri menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar Fitri tidak menyesal ngen tot dengan aku, aku dapat mengolah tubuhnya menuju kenikmatan yang tiada tara.

Kemudian pahaku mulai kembali menjepit kedua pahanya dan kurapatkan, tubuhku menindihnya serta lehernya kembali kucumbu. Fitri memeluk tubuhku yang besar dan aku kembali meremas toketnya. Pelan-pelan mulai kuenjotkan kon tolku. Kali ini Fitri ingin lebih menikmati seluruh rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhnya. Tanganku terus menelusuri permukaan tubuhnya. Dadaku merangsang dadanya setiap kali bergeseran mengenai pentilnya.

Dan kon tol kupompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirku menjelajah leher dan bibirnya. Lama kelamaan tubuhnya yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Fitri berusaha menggeliat, tapi tubuhnya kupeluk cukup kuat, hanya tangannya yang mulai menggapai apa saja yang dia dapat. Aku makin meningkatkan cumbuan dan memompakan kon tolku makin cepat. Gesekan di dinding me meknya makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini lehernya kugigit agak kuat dan kumasukkan seluruh batang kon tolku serta kugoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di it ilnya. Domino99 Online Terbesar

Maka jebol lah bendungannya, Fitri mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba aku dengan cepat mengenjot lagi. Kembali Fitri berteriak sekuatnya menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, Fitri meronta sekenanya. dia menggigit pundakku saat aku menghujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat aku menurunkan gerakanku, tapi saat itu kubalik tubuhnya hingga Fitri di atas tubuhku. Fitri terkulai di atas tubuhku.

Dengan sisa tenaganya Fitri mengeluarkan kontolku dari memeknya. Dan diraihnya batang kon tolku. Tanpa pikir panjang, kon tol yang masih berlumuran cairan me meknya sendiri dikulum dan dikocok. Dan pinggulnya kuraih hingga akhirnya Fitri telungkup di atasku lagi dengan posisi terbalik. Kembali me meknya yang berlumuran cairan jadi mainanku, Fitri makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian kon tolku. Aku memeluk pinggulnya. Kuhisap it ilnya sambil ujung lidahku menari cepat sekali.

Tubuhnya mengejang dan dia menjepit kepalaku dengan kedua pahanya dan dirapatkannya pinggulnya agar bibir me meknya merapat ke bibirku. Fitri gak bisa berteriak tapi karena mulutnya penuh, dan tanpa sadar Fitri menggigit agak kuat kon tolku dan dicengkeramnya dengan kuat saat dia masih menikmati orgasme. “Yu, aku mau ngecret yug, di dalam me mekmu ya”, kataku sambil menelentangkan Fitri. “Ya, mas”, jawabnya. Aku menaiki Fitri dan dengan satu hentakan keras, kon tolku yang besar sudah kembali menyesaki me meknya.

Aku langsung mengenjot kon tolku keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhkupun mengejang. Pantat dihentakkannya ke atas dengan kuat sehingga kon tolku nancap semuanya ke dalam me meknya dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat. Herannya, ngecret yang ketiga masih saja pejuku masi keluar banyak.

Aku menelungkup diatasnya sambil memeluknya erat2. “Yu, nikmat sekali ngen tot sama kamu, me mek kamu kuat sekali cengkeramannya ke kon tolku”, bisikku di telinganya. “Ya mas, Fitri juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman me mek Fitri terasa kuat karena kon tol mas kan gede banget. Rasanya sesek deh me mek Fitri kalau mas neken kon tolku masuk semua. Kalau ada kesempatan, Fitri dien tot lagi ya mas”, jawabnya. “Ya sayang”, lalu bibirnya kucium dengan mesra.
Daftar Agen BandarQ


Sabtu, 21 Maret 2020

Goyangan Ganas Dari Penjual Roti Yang Montok


CrownQQ - Mungkin para pembaca sudah tahu sifatku dalam cerita sebelumnya yang berjudul ibu Rini adalah mengencani wanita yang lebih tua dariku.
Minggu kemarin aku ditugaskan oleh kantorku ke kantor cabang di Bandung. Memang aku sudah ada rumah yang sudah disiapkan oleh kantor pusat, jadi tidak perlu lagi untuk menginap di hotel, yang tentu akan lebih besar pengeluarannya.

Sudah tujuh hari ini aku selalu makan malam keluar rumah, karena rumah tempat tinggalku hanya ada pembantu pria yang hanya membersihkan rumah serta mencuci pakaian dan pulang pada sore hari setelah aku pulang dari kantor cabang di Bandung.

Memang sudah dua hari ini aku bila tidak ingin makan malam yang harus naik angkot, aku suka makan roti bakar dan bubur kacang ijo yang berada di depan kantor cabangku. Itupun tidak boleh lebih dari jam sembilan malam, karena lebih dari jam tersebut warung tersebut sudah tutup. Aku kaget juga saat makan diwarung tersebut yang biasa melayani Pak tua, kok tiba-tiba yang melayani seorang ibu yang berwajah lumayan manis, dengan tubuh sintal, umur kira-kira 45 tahun, dan berkulit kuning langsat seperti ciri-ciri khas orang Jawa Barat.
“Bu, bapak yang biasa melayani disini, kemana bu?” sapaku.
“Och Mang Didin, sedang sakit Mas.” jawabnya.
“Lalu ibu siapa?” tanyaku penasaran.
Dia hanya tersenyum manis saja.
“Wach ini ibu bikin penasaran aja nich” pikirku dalam hati.

BACA JUGA :  Kocokan Maut Yang Berasal Dari Tante

Memang sich dia balik bertanya, aku ini siapa, dan setelah aku jelaskan, dia memang memperkenalkan diri bahwa dia ibu Vina. Dia jelaskan bahwa dia tinggal persis dibelakang kantorku saat ini, tetapi masuk gang kecil. Aku duduk sambil makan roti tidak biasanya hingga sampai warung tersebut tutup. Cukup jelas bahwa Bu Vina hanya tinggal bersama seorang anaknya laki-laki yang sudah berkeluarga. Lalu dari informasi pembantu di kantor cabangku, bahwa Bu Vina tersebut ditinggal cerai oleh suaminya setahun yang lalu, dan dikatakan bahwa Bu Vina sebelum cerai termasuk orang yang berada, meskipun tidak terlalu kaya sekali. Pastas pikirku, dari dandanannya, Bu Vina tidak terlalu seperti ibu-ibu yang lain, dalam arti tidak memakai kebaya, melainkan memakai baju terusan hingga dengkulnya.

“Bapak kapan ngobrol dengan Bu Vina? tanya pembatuku.
“Tadi malam.” jawabku singkat.
“Wach bapak pulang kantor suka malam sich, Bu Vina kalau siang atau sore kira-kira jam lima suka ngobrol disini dengan saya lho.” jawab pembantuku lagi.
Och ternyata Bu Vina suka ambil air ledeng dari kantorku, untuk air termos diwarungnya. Hm.. Kesempatan pikirku.

Singkat cerita, aku sengaja pulang agak sore, dan memang benar Bu Vina sedang ngobrol dengan si Dadang pembantuku. Lalu aku ditegurnya sambil berkata.
“Maaf nich Mas, ketahuan dech, sering minta air nich.”
“Nach yach.. Ketahuan, kalau begitu harus bayar nich, dengan roti bakar.” candaku.
Tapi tiba-tiba si Dadang mau izin pulang cepat karena adiknya mau kedokter, kebetulan pikirku he he he.

“Iya dech nanti aku bilang sama Mang Didin menyiapkan roti bakar untuk Mas”
Lalu aku coba untuk menggodanya “Ech enggak bisa, yang ambil air khan ibu, yang membuatkan roti bakar juga harus Bu Vina dong.”

Dia menatapku tajam sambil menggigit bibirnya yang sangat indah dilihat, aku sudah dapat membaca pikirannya, bahwa dia sudah mengerti maksudku. Lalu aku balas tersenyum kepadanya, diapun tersenyum kembali sambil permisi untuk ke warungnya.

Akhirnya aku paling sering pulang sore-sore hingga suatu waktu saat si Dadang hendak izin tidak bisa masuk, akupun izin ke kantor untuk istirahat dirumah, padahal ada niat untuk mengencani Bu Vina, karena memang aku sudah ada sinyal dari pandangan matanya beberapa hari yang lalu.
Siang hari seperti biasa Bu Vina datang untuk minta air, lalu aku pura-pura menjawab meringis sambil memegang pinggangku. Dan memang benar Bu Vina datang menyambut.
“Kenapa Mas pinggangnya” Agen BandarQ

“Enggak tahu nich, tadi pagi bangun tidur langsung pinggang saya terasa mau patah.”
“Mau ibu pijitin” tantangnya. Wach kebetulan nich pikirku.
Singkat cerita aku sudah tiduran dibangku panjang diruang tamuku tanpa baju, lalu Bu Vina memijit pinggangku. Setelah lima menit aku bangkit berdiri, lalu aku tawarkan ide gilaku untuk memijitnya.
“Ach memang Mas bisa mijit, kalau bisa kebetulan nich betis ibu suka pegal-pegal”

Aku tidak banyak bicara aku suruh Bu Vina tiduran untuk memijit betis bagian belakang. Memang seperti kebiasaan Bu Vina hanya memakai baju daster bercorak kembang hingga batas dengkulnya. Lalu aku mengambil body oil dari kamarku. Aku urut betis Bu Vina lalu pelan-pelan pijitanku aku naikkan hingga pahanya. Dia ternyata hanya diam saja. Karena sudah ada sinyal pikirku, aku singkapkan dasternya hingga kedua belah pantatnya yang sangat menantang terlihat jelas di depan mataku. Aku pijat pahanya sambil kedua jempolku aku masukan ke dalam celana dalamnya. Dia hanya mendesah.

“Och..”
Hm.. Kesempatan nich, aku tidak buang-buang waktu lagi, aku turunkan celana dalam Bu Vina hingga batas dengkulnya, lalu aku masukan tangan kananku ke dalam celah kedua belah pahanya, sambil memasukan jari tengahku ke dalam lubang kemaluan Bu Vina.

“Och.. Och..” desah Bu Vina sambil mengangkat pantatnya agak ke atas, hingga makin jelas terlihat kemaluan Bu Vina yang sudah berwarna coklat tua. Lalu aku lumurkan body oil persis dilubang anus Bu Vina, hingga meleleh hingga ke lubang kemaluannya. Aku gosok-gosok lubang kemaluan Bu Vina bagian luarnya, sedangkan jempolku aku gesek-gesek secara perlahan dilubang anusnya. Rupanya Bu Vina tidak kuat lagi menahan gejolak napsu birahinya. Langsung dia berdiri sambil menarik celana dalamnya ke atas kembali, dan mencium bibirku lalu berkata pelan.

“Mas masih siang enggak enak nanti ada yang datang lagi, nanti sore pasti saya akan ambil air lagi dech” Bu Vina seakan mengisyaratkan aku bahwa nanti sore saja setelah hari agak gelap.


Benar saja masih seperti tadi Bu Vina berpakaian, dia datang berpura-pura untuk minta air, kulihat mang Didin sedang sibuk melayani tamu yang memesan roti bakar diwarung Bu Vina. Aku menyuruh Bu Vina masuk kembali, tapi sekarang aku ajak dia kekamar tengah tempat aku nonton TV, aku langsung mendekapnya, dia menyambut dengan ciuman sambil melumat lidahku. Lalu aku suruh Bu Vina membuka dasternya. Hingga dia telanjang bulat, lalu aku suruh dia nungging diatas bangku, secara pelan-pelan aku selusuri pahanya dengan lidahku, hingga sampai ke lubang kemaluannya. Tampak memang Bu Vina rajin merawat tubuhnya.


Tanpa buang waktu aku buka celanaku lalu aku masukan penisku ke dalam lubang kemaluannya dari belakang, aku genjot Bu Vina dari belakang hingga cairan putih menetes dari lubang kemaluannya. Sedangkan dia hanya menunduk sambil mendekap senderan bangku tamuku, sambil memejamkan matanya menahan rasa nikmat.

Aku balikkan tubuh Bu Vina lalu aku jilat teteknya yang sudah mulai mengendor, aku buat beberapa sedotan keras dari bibirku dibagian pinggir teteknya hingga membekas berwarna merah kehitam-hitaman. Dia hanya mendesah terus menerus. Aku bisikan perlahan.
“Ibu isep saya punya yach”

Tanpa disuruh lagi Bu Vina langsung duduk di bangku sambil mengulum penisku, dan tampaknya beliau tahu persis cara mengulum yang benar. Diputar-putarnya penisku dengan lidah serta air liurnya, hingga penisku makin tegang dan keras. Lalu aku pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan langsung kugoyangkan penisku keluar masuk ke dalam mulutnya. Lalu dijilatnya pinggiran penisku hingga bagian paling bawah mendekati lubang anusku. Wow memang ibu yang satu ini sangat lihai cara memberikan kenikmatan pada pria.

Lalu aku tarik bangku tamuku, aku sandarkan tubuh Bu Vina di sandaran bangku hingga kepalanya menyentuh tempat duduk, sedangkan pinggangnya terganjal disandaran bangku, lalu aku renggangkan kedua belah paha Bu Vina dan kumasukan penisku ke lubang kemaluannya mulai dari perlahan hingga kugenjot kencang.

Tampak Bu Vina hendak berteriak, tapi karena takut terdengar tetangga, ia hanya mendesah.
“Och.. Och.. Och.. Teruskan Mas, teruskan..”
Kami berdua hingga berkeringat, karena memang sengaja aku menahan pejuku untuk tidak muncrat dahulu. Karena aku memang benar-benar terangsang dengan putihnya body Bu Vina, buah dadanya yang masih bulat menantang, meskipun agak turun sedikit, serta pinggulnya sangat menantang bila dia memakai rok maupun celana ketat.

Aku cabut penisku sambil membersihkan lubang kemaluan Bu Vina dengan tissue, karena tampaknya Bu Vina telah mencapai puncak kenikmatannya, sehingga tampak cairan pejunya meleleh. Akhirnya aku angkat Bu Vina ke dalam kamar tidurku, aku rebahkan dia, aku kecup bibirnya sambil tanganku memelintir puting susunya, kadang-kadang aku ramas buah dadanya. Lalu ciumanku dibibirnya aku pindahkan kekedua buah dadanya, aku jilat secara bergantian puting susu Bu Vina. Dia tampak gelisah karena mulai terangsang kembali sambil kadang-kadang mengangkat pinggulnya supaya vaginanya bergesekan dengan penisku, mulai dari buah dadanya jilatanku turun ke arah pusar serta perut bagian sisi kanan dan kirinya. Domino99 Online Terbesar

“Och..!!” tampak Bu Vina tak kuat lagi menahan rangsangan yang aku berikan lewat jilatan lidahku. Ia pun langsung membalikkan badanku hingga terlentang lalu diapun mulai membalas dengan menjilat kedua puting tetekku, lalu mengangkat kedua pahaku hingga ke atas, hingga pinggangku agak terangkat, lalu ia mulai menjilat kedua bijiku lalu lebih turun kembali disekitar pinggiran lubang anusku, kadang-kadang ujung lidah Bu Vina menyentuh pas ditengah lubang anusku, dan memang kenikmatan yang luar biasa yang saya dapatkan pada sore hari ini. Karena memang service dari Bu Vina secara bertubi-tubi tanpa henti, langsung membuat aku tidak dapat lagi menahan pejuku untuk keluar.

Lalu aku angkat Bu Vina untuk posisi menduduki penisku, secara perlahan dia masukan penisku ke dalam lubang kemaluannya. Langsung tanpa diberi komando Bu Vina memacu diriku seperti kuda liar, terus dia menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Kejadian ini berlangsung selama duapuluh menit dan tampak keringat mulai menetes dari tubuh Bu Vina, langsung dia mendekap diriku, sambil berbisik.
“Keluarkan yach Mas.. aku sudah tak kuat lagi..”

Sambil mengangguk aku cium bibirnya yang mungil. Lalu Bu Vina kembali pada posisi menduduki aku sambil memacu goyangan pinggulnya lebih kencang lagi, terus.. Dia memacu, akupun tak dapat menahan kenikmatan yang sudah memuncak diubun-ubun kepalaku.

Lalu aku lepaskan pejuku didalam lubang kemaluan Bu Vina, dan tampaknya ini juga diimbangi dengan goyangan Bu Vina yang makin lama makin melemah sambil kadang-kadang dia menghentakkan pinggulnya, yang rupanya dia mengeluarkan pejunya untuk yang kedua kalinya. Lalu dia tersungkur merebahkan badannya diatas tubuhku, sambil memeluk erat tubuhku.
Setelah sepuluh menit, aku bisikan ditelinga Bu Vina.
“Bu yuck pake baju, nanti mang Didin nyariin lho..”

Lalu Bu Vina bangun dan membersihkan dirinya didalam kamar mandiku, demikian juga aku. Setelah rapih Bu Vina berkata.
“Mas aku kedepan yach” Lalu aku menjawab.
“Terima kasih, ‘roti bakarnya’ yach bu”
Lalu dia berbalik memandangku tajam sambil tersenyum dan berkata, “Awas kamu yach..”
>> Daftar Agen BandarQ <<



Selasa, 17 Maret 2020

Kocokan Maut Yang Berasal Dari Tante


CrownQQ - Pak Sumailberjalan tanpa sandal, sesekali tangannya mengangkat sarung kotak-kotak yang dipakai. Lelaki 60 tahun itu nampak tergesa menuju perbatasan hutan di kampung, lokasinya cukup jauh dari pemukiman warga.

“Waduh.. maaf sekali pak, saya agak telat menyambut. Tadi ada warga yang anaknya mau kawinan jadi saya urus sana-sini dulu,” Jamal menyalami pak Supri, tuan tanah di kampung itu yang sudah sejak lama tinggal di kota.

Pak Supri terkenal dermawan di dusun itu, banyak membantu pembangunan tempat ibadah, sekolah rakyat, dan juga memberi sembako saat paceklik melanda desa.

“Walah ya ndak apa-apa pak kadus, biasa saja. Oh ya ini Ivan pak kadus masih ingatkan.. sudah kelas 2 SMA sekarang.. dan ini kawan-kawannya. Nah mereka saya antar ke dusun ini biar tahu kehidupan desa, mumpung mereka masih libur,” kata Supri, lelaki tambun, usianya sekitar 55 tahun.
Wah.. wah den Ivan sudah gede sekarang.. pangling saya den,” Jamal menyalami Ivan dan tiga kawan sebayanya, Hilman, Jarjit, dan Ipin.

Pak Supri lalu menjelaskan pada Ivan dan kawan-kawannya tentang Jamal, kadus yang sangat rajin dan santun yang patut jadi panutan. Ia juga menjelaskan pada Jamal bahwa Ivan, anaknya akan berada di dusun itu selama sepekan bersama tiga temannya itu, harapannya agar mereka tahu tentang kehidupan desa dan menghargai orang desa.

“Saya hanya minta mereka dibolehkan mendirikan perkemahan di sini, tolong pak kadus gembleng mereka untuk mIvanri. Soal kebutuhan makan biar mereka upayakan sendiri, ya mencari ikan, mancing di kali, nyari sayuran, sampai masaknya jangan dibantu biar nggak manja. Nanti berasnya saja disediakan,” kata pak Supri.

Ivan dan kawan-kawannya mencari tempat datar mendirikan tenda, dan mulai menyiapkan semua peralatan kamping. Pak Supri lalu meninggalkan anaknya itu dan kembali ke kota.
Dua buah tenda berukuran 3 kali 3 meter berdiri saat menjelang petang, Sumailikut membantu anak-anak kota itu, sampai semua beres.

Jamal lalu mengajak anak-anak itu mampir ke rumahnya di pemukiman dusun. Di sana ia menjelaskan lokasi sungai di dalam hutan yang bisa dipancing ikannya, juga lokasi kebun sayur miliknya di tumpangsari hutan yang boleh mereka petik. Domino99 Online Terbesar

Malam itu Ivan dan teman-temannya menginap di rumah Jamal dan berkenalan dengan remaja sebaya mereka di dusun itu. Tapi, Jamal meminta remaja kampung untuk tidak membantu apapun pada anak-anak kota itu selama kamping agar mereka mIvanri sesuai pesan pak Supri.
Pagi-pagi benar Ivan dan tiga temannya kembali menuju perbatasan hutan tempat tenda mereka berdiri, mereka membawa beberapa kilogram beras dan perabotan masak-memasak dari rumah kadus Jamal.

Ya elah.. benar-benar welcome to the jungle nih ndi.. elo sih pake nurut segala sama bokap lo itu. Harusnya kita liburan ke Bali.. eh malah jadi tarzan disini.. huh capek deh,” Hilman mengeluh sejadinya sambil melempar panci yang dibawa.
“Iya nih.. mana perut keroncongan lagi nih,” Ipin menimpali. Ipin bertubuh tambun dan doyan makan.

“Udah deh.. mendingan kita cari cara gimana biar ada lauk untuk makan… mana belanja nggak bisa. Ada uang tapi orang desa nggak mau menjual apa-apa pada kita karena perintah bokap gue. Ayo deh Raj.. cari ranting atau apa kek yang bisa dibakar untuk masak,” kata Ivan.
Keadaan terpaksa membuat mereka bergerak juga, daripada lapar. Tungku disiapkan dari susunan batu, dan blar.. api pun menyala menanak nasi di panci. Untung Ipin membawa bekal beberapa bungkus mie instant yang bisa menjadi lauknya.
“Tuh kan enak juga ternyata jadi tarzan begini.. ha ha..,” Ivan menghibur teman-temannya itu.
“Enak.. tapi gue nggak kenyang nih makan segini,” gerutu Ipin.

Biasanya dia makan dua piring, dobel porsi, tapi sekarang hanya dapat satu porsi.
Setelah sarapan keempat remaja itu menuju sungai untuk mIvan dan mencuci pakaian. Tapi sebelum mereka meninggalkan tenda, Sumaildatang bersama Rosa, anak perempuannya.
“Lho aden pada mau kemana? Sudah pada sarapan belum?,” tanya Jamal.
Ia lalu mengenalkan Rosa pada 4 remaja itu. Rosa  anak pertama Jamal sudah empat tahun ini menjanda ditinggal mati suaminya kecelakaan, belum punya anak.

“Malam kemarin Rosa belum sempat ketemu kalian karena dia membantu acara warga yang mau kawinan. Nah sekarang untuk urusan masak dan makan biar Rosa yang membantu ya.. ndak apa-apa, bapak nggak akan bilang ke juragan Supri kok..,” Jamal merasa iba juga melihat Ivan dan teman-temannya harus berusaha masak sendiri.

Lagipula di rumah Rosa tidak terlalu banyak pekerjaan, karena kembali numpang di rumah ortunya.
“Waduh.. jadi ngeropotin mbak Rosa nih. Tapi oke deh pak, dari pada bobot saya susut seminggu di sini.. ha..ha,” Ipin senang karena kebutuhan makan bakal terjamin.
“Iya. Nggak apa-apa dik, mbak biasa masak dan nyuci kok,” kata Rosa.


Rosa berpenampilan khas wanita desa, pakai kain dan baju berkancing dari kain bahan kebaya. Wajahnya cantik dan sebagai janda yang masih muda tubuhnya juga semakin subur dan semok. Tingginya 165 cm dengan porsi tubuh yang ideal, sedikit montok. Payudaranya membusung menantang, pinggul lebar dan pantatnya padat terbentuk dibalik kain yang dipakainya.
Hilman dan Jarjit tak lepas memandangi postur tubuh Rosa saat itu. Ivan juga kadang mencuri pandang ke dada Rosa. Hanya Ipin yang pikirannya makan terus.

Sumailkemudian pamit pulang . Rosa kemudian mengantar Ivan dan teman-temannya ke sungai sambil membawa pakaian empat remaja itu yang akan dicuci.
4 remaja itu langsung mencebur ke sungai dengan riang. Usia mereka rata-rata baru 16 tahun, tapi badannya bongsor tidak seperti anak di desa. Tinggi mereka melebihi tinggi Rosa .
“Eh.. adik-adik ini mIvannya dicopot dong bajunya biar sekalian mbak Rosa cucikan,” katanya melihat Ivan dan kawan-kawannya mencebur tanpa melepas pakaian.

“Wah.. telanjang pakai kolor aja nggak apa-apa kan mbak? Kan sepi disini?,” Hilman menyahut senang sambil melepas baju dan celananya. Tiga lainnya juga melepas pakaiannya.
“Ya ndak apa, wong nggak ada yang lihat di tengah hutan gini. Lagi pula warga desa jarang ke sini karena sungai ini di kawasan hutan, mereka lebih dekat ke sungai di desa,” kata Rosa, ia memungiuti baju empat remaja itu di batu dan mulai mencuci di temat berjarak empat meter dari lokasi mIvan mereka.

4 remaja itu mIvan sambil gembira saling siram, Rosa memperhatikannya dengan gembira juga, ia ikut senang melihatnya.
“Mbak Rosa… mbak ikutan mIvan dong.. biar rame..,” teriak Hilman polos.
Seketika Ipin berlari mendekati Rosa yang masih jongkok mencuci dan mendorongnya terceur ke sungai. Byurr.. tubuh Rosa tenggelam di sungai yang cukup dalam, saat tubuhnya naik kancing baju atasnya terlepas sehingga payudaranya yang tidak tertutup BH sempat terlihat.

“Aduhhh Ipin.. kamu nakal ya..,” Rosa bersungut-sungut sambil membenahi bajunya.
Ipin ikut mencebur dan mulai menyirami Rosa dengan air, mereka tertawa dan saling siram. Ivan, Hilman dan Jarjit kemudian bergabung mendekat dan ikut saling siram.
Rosa protes karena kain dan bajunya basah terendam bersama tubuhnya. Sebab dia tidak membawa baju lain, masak pulang dengan basah kuyup.

Ya sudah mbak Rosa bajunya dibuka aja, terus dijemur,”kata Hilman mejawab protes Rosa.
“Iya mbak. Bajunya dijemur aja biar kering, jadi pas selesai mIvan bisa dipakai lagi,”tambah Ivan.
Rosa berpikir sejenak. Benar juga usul mereka, lagipula meski telanjang tubuhnya tak mungkin terlihat karena terendam di sungai, kebetulan sungai juga agak keruh karena hujan kemarin.
“Ini tolong dijemurkan dik Ivan..,” Rosa menyodorkan kain dan bajunya ke Ivan agar Ivan menjemurnya di bebatuan.

“Ya sudah kalian teruskan mIvannya.. mbak sambil nyuci ya,” kata Rosa.
Sambil berendam badan sebatas bawah leher, Rosa melanjutkan mencuci pakaian dengan hanya tangannya di atas batu sisi sungai. Sementara empat remaja itu kembali saling siram, bernyanyi dan berteriak-teriak gembira menikmati dinginnya air sungai dengan jarak menjauh dari Rosa karena tak ingin mengganggunya.

Hilman menoleh Rosa yang membelakangi mereka, pikirannya tiba-tiba teringat film porno milik ayahnya yang pernah ditontonnya dengan curi-curi. Selama ini ia hanya bisa membayangkan bagaimana bentuk tubuh wanita bugil yang dilihat secara langsung. Ia mulai membayangkan tubuh telanjang Rosa di balik air sungai.
“Hey bro.. gimana ya bentuk susu dan mekinya cewek yang asli? Gue penasaran nih..? gimana kalau kita minta mbak Rosa liatin dikiiiit aja,” pikiran Hilman yang mulai nakal disalurkan ke teman-temannya.

Jarjit setuju, tapi Ivan dan Ipin masih bertahan melarang, mereka takut Rosa melaporkan ke bokap Ivan dan kadus ayah Rosa.


Akhirnya mereka memutuskan membuat strategi. Ivan, Ipin dan Jarjit kemudian berenang menjauh, cukup jauh dari posisi Rosa yang msih sibuk mencuci, sementara Hilman menjalankan aksinya.
“masih lama nyucinya mbak…,” sapa Hilman dari belakang Rosa.
“Eh dik Hilman ngaggetin aja. Ini celana kalian kok kotor banget sih, jadi lama nyikatnya,” Rosa sempat terkejut melihat kehadiran Hilman.

“Sini saya bantuin mbak,” Hilman meraih tangan Rosa di batu sisi sungai.
“Ah nggak usah dik.. kamu mIvan saja sana, nanti saya dimarahi bapak. Kan saya disuruh membantu kalian,” Aish berusaha menahan tangan Hilman yang hendak mengambil sikat dan celana panjang Ipin yang dicuci Rosa.
Mereka sempat saling rebut, dan hal ini membuat tubuh Hilman menyentuh tubuh Rosa yang sama-sama telanjang. Rosa merasakan getaran saat siku Hilman menyengol susunya, ia baru sadar kalau keadaannya sedang bugil.

“Uh.. maaf ya mbak.. saya nggak sengaja, kena deh itunya,” Hilman pura-pura malu, tapi tubuhnya tidak menjauh dari Rosa. Rosa mendadak tersipu malu.

“Eh.. oh.. nggak apa dik.., asal jangan disengaja ya. Ndak baik itu,” kata Rosa seolah menRosaati.
“Eng.. mbak.. saya boleh tanya, tapi jangan marah ya?,” kata Hilman.
“Tanya apa sih?,” jawab Rosa sambil berbalik membelakangi Hilman dan kembali sibuk menyikat celana yang dicucinya.

“Anu mbak.. apa kira-kira anunya cewek di desa sama dengan cewek kota ya?,” Hilman melanjutkan dengan ragu-ragu.

“Ih dik Hilman ini. Anunya apanya? Susunya maksud adik?,” Rosa berbalik lagi menghadap Hilman.
Hilman malu sambil mengangguk.
“Ya sama saja dong dik.. anunya dik Hilman juga sama saja dengan remaja di desa sini kan?,” jawab Rosa.

Diam-diam Rosa merasa lucu juga mendengar pertanyaan itu.
“Eh.. anu mbak.. maksud saya…,”
“Hayo.. dik Hilman pernah ngintip cewek di kota mIvan ya?,” kelakar Rosa membuat Hilman salah tingkah dan semakin malu. Tapi ia merasakan pancingannya sudah mulai mengena pada Rosa.
“Ah.. nggak kok mbak. Saya malah belum pernah lihat cewek telanjang sekalipun, hanya pernah di pelajaran biologi liat gambarnya aja. Makanya penasaran mbak..,” aku Hilman.

Mendengart itu Rosa jadi kRosaan pada Hilman. Di desanya rata-rata remaja pria sudah semua pernah melihat payudara wanita secara langsung, meskipun hanya wanita setengah baya yang sedang mIvan di sungai. Ia lalu berpikir memperlihatkan susunya kepada Hilman untuk mengobati penasaran anak kota itu. Lagi pula ia kan bukan gadis lagi, dan selama empat remaja itu di dusunnya ia diminta kadus ayahnya membantu mereka mengenali lingkungan dan kehidupan desa.
Ya sudah.. kalau mbak liatin susu mbak gimana?,” tanya Rosa. Agen BandarQ

“Ehhhmm.. mau mbak.. tapi mbak nggak marah kan?,” kata Hilman senang.
Rosa tersenyum dan beranjak ke sisi sungai yang lebih dangkal agar tubuh atasnya terentas, ia kemudian berdiri bersandar di batu sisi sungai. Mata Hilman seperti tak percaya melihat susu montok Rosa terpampang di hadapannya, kental dan berwarna kuning langsat dengan puting coklat muda.
“Tuh sudah liat kan.. sudah ya,” kata Rosa.

“Tu..tunggu bentar mbak…, emhh boleh dipegang ya mbak.. bentaaar aja.. ya.. boleh ya,” rengek Hilman, tangannya lalu menyentuh perlahan susu Rosa mulai dari pangkalnya diraba hingga puting susunya dijepit ringan dua jari.

“Hmm.. gimana.. sudah ya dik.., sama saja kan dengan di gambar?,” Rosa merasa merinding disentuh susunya, sebab selama empat tahun ini ia tidak pernah lagi merasakannya sejak ditinggal mati suami.
Mata Rosa mengawasi teman-teman Hilman lainnya, jangan-jangan yang sedang terjadi terlihat oleh mereka. Tapi ia lega, tiga teman Hilman cukup jauh dan terhalang pandangannya dengan batu di tengah sungai.

Saat Rosa terlihat sibuk mengawasi temannya, Hilman menggunakan kesempatan itu, ia semakin nekat meremasi susu Rosa.
“Mbak.. kenyalnya enak ya..,” katanya sambil terus memijati putting Rosa.
“Enghhmm.. sudah ah dikhh.., sudah ya,” pinta Rosa sambil menepis tangan Hilman.
Tapi Hilman masih saja meremasi susu Rosa.
“Eh mbak.. kok begitu megang susu mbak.. burung saya bangun sih?,” Hilman bertanya kekanak-kanakan sambil terus meremasi Rosa.

Rosa kembali merasa lucu dengan pertanyaan Hilman, namun mendengar kata burung mebuat pikiran Rosa tak karuan dan merindukan melihat burung suaminya. Tadinya ia berpikir empat remaja ini masih sangat kanak-kanak tapi mendengar Hilman mengaku burungnya berdiri Rosa jadi penasaran juga, sebesart apa sih burung anak usia belasan ini.

“”Apa.. emang burung dik Hilman bangun sekarang?,” tanya Rosa.
“Iya mbak.. nggak tau nih kenapa.., nih mbak pegang coba,” Hilman segera menuntun tangan Rosa ke penisnya yang terbungkus kolor.

Rosa merasakan nafasnya memberat saat tanganya menyentuh penis Hilman. Remaja ini bongsor dan atletis dibIvanng usianya yang masih belia. Penisnya juga sudah sebesar penis pria dewasa umumnya.
“Tuh kan mbak.. bangun.. kenapa ya mbak?,” rengek Hilman.

“Emhh.. oh.. ini wajar dik.. normal. Kan di pelajaran biologi juga adik sudah tahu..,” kata Rosa.
Sambil tangannya terus mengusapi penis Hilman, Rosa seolah menggurui menjelaskan kalau penis pria berdiri karena terangsang apalagi jika menyentuh vital wanita.
“Sini dik.. nah kalau diginiin rasanya gimana?,” Rosa menyusupkan tangannya ke balik CD Hilman dan mulai mengocok pelan penis Hilman.

“Aduhh.. mbaakkhh enakhh..,”lenguh Hilman.
“Itu wajar dik.. nanti kalau sudah kawin baru deh dik Hilman rasain enaknya. Karena kalau sudah punya istri, burungnya dik Hilman bisa bersarang di sarangnya,” kata Rosa.
Ia tak sadar penjelasannya justru membuat pertanyaan-pertanyaan menyusul yang menuntut dari Hilman.

“Sarangnya apa tuh mbak.., enghh.. terusin digituin mbak.. enakhh nih..,” Hilman merasa penisnya sudah sangat tegang, tangannya terus meremasi susu Rosa. Nafas Rosa mulai menyesak.. ia membayangkan penis itu penis suaminya yang sudah siap mengantar kenikmatan padanya.
“Hhh.mmmm.. sarangnya namanya memek dik.. seperti punya mbak ini..sini dik Hilman pegang ya..,” Rosa menuntut tangan kanan Hilman ke selangkangannya.
Hilman bisa merasakan lembutnya permukaan vagina Rosa.

“Wah.. lembut sekali ya mbakhh.. kalau dipegangin gini mbak merasa enak juga nggak kayak saya,” Hilman terus melancarkan tanya, sambil tangannya mulai membelai-belai permukaan vagina Rosa.
Rosa sedikit mengangkangkan kakinya memberi ruang bagi tangan Hilman.
“Ngghhh.. sstt.. yahh enakhh dikhh.., sama enaknya..,” tubuh Rosa mulai menggelinjang dipermainkan gatal dan geli di vaginanya.

“Terus gimana selesainya mbak.. kalau burung saya bersarang di sarangnya nanti?,” Hilman terus bertanya penasaran, pikirannya sudah melayang ke film porno yang pernah ditontonnya.
Penisnya kenikmatan karena tangan Rosa semakin liar mengocoknya.
“Emmhh.. kalau sudah masuk ke sarangnya.. nanti burung dik Hilman bisa loncat-loncat di dalam.. teruss kalau mau selesai dia nyemprotin air..,” Rosa semakin terangsang dengan pertanyaan Hilman, CD Hilman dilorotkanya dan penis Hilman dikocok semakin cepat.
“Ahh..sst.. geli banget mbakhh… auh.. kayak mau kencing nih.. ouh…, mbaakhh enak juga khan..?,” Hilman melenguh merasakan kedutan di penisnya.
Ekspresi kenikmatan Hilman membuat Rosa semakin teransang, apalagi tangan Hilman juga semakin aktif mengosok permukaan vaginanya.

“Iya dik.. sstt enakhh juga mbakkhhh.. ahhkkss.. keluarin aja kencingnya nggak usah ditahan,” Rosa merasakan tubuh Hilman mulai menegang dan croottt… semburan sperma Hilman muncrat ditangannya.
Rosa sudah terbakar birahi, pingulnya bergoyang agar lebih merasakan gosokan tangan Hilman di vaginanya.

Tapi sebelum ia klimaks, Rosa mendengar suara teman-teman Hilman mendekat. Ia segera menyudahi aksinya dan kembali beranjak ke sungai yang lebih dalam agar tubuhnya terbenam lagi.
“Eh..mbak makRosa ya sudah ngajari saya.., jangan bilang ke yang lain mbak ya,” Hilman malu-malu menghampiri Rosa kemudian ia naik ke bibir sungai dan bersalin pakaian.
Rosa mengangguk, ia sendiri sangat malu menyadari apa yang barusan terjadi. Tapi klimaks yang belum sempat diraih membuat pikiran Rosa jadi tak karuan saat itu.
Ivan, Ipin, dan Jarjit sudah berkumpul bersama Hilman dan sudah bersalin pakaian. Rosa menyuruh mereka ke tenda duluan meninggalkanya, agar tak terlihat saat ia harus naik ke bibir sungai untuk kembali mengenakan kain dan bajunya. Daftar Agen BandarQ