CrownQQ - Saat ini aku sedang kuliah semester dua di salah satu universitas swasta di selatan Jakarta. Ini kisah beberapa bulan lalu, sekaligus cerita pengalaman pertamaku melakukan hubungan seks. Hari pertama kuliah memang membosankan karena belum kenal teman-teman. Tetapi, dengan jarak satu baris, ada mahasiswi duduk tiba-tiba, dia terlambat sekitar 10 menit. Kemudian agak kulirik hati-hati bagaimana rupanya.
Memang sih tidak terlalu cantik tetapi manis. Ditambah kulit coklatnya, rambutnya agak ikal, panjangnya setengah leher, belah tengah. Sejenak otak terpenuhi pikiran-pikiran kotor. Bajunya abu-abu dengan lengan biru dan agak ketat, jadi buah dadanya terlihat mancung. Perkiraanku sekitar 34A ukurannya.
BACA JUGA : Kepuasan Yang Didapat Dari Tante
Sekitar seminggu berlalu, tetapi aku belum juga kenal dengan cewek itu. Seminggu kemudian, saat aku sedang ngobrol dengan beberapa temanku (yang kenal dengan cewek itu), tiba-tiba dia menghampiri kumpulanku dan teman-temanku. Ngobrol, ngobrol, ngobrol, akhirnya dia duluan yang bertanya untuk berkenalan.
“Eh, elo namanya siapa..?” katanya.
Dalam hatiku, “Agresif nih kayaknya.. bodo ah, tancap aja..!”
Lalu kubilang, “Aldi.”
Dia juga ngejawab, “Diya Hartiyan, panggil aja Vira.”
Setelah aku merasa akrab dengannya, pikiranku mulai kembali pada pikiran-pikiran kotorku lagi. Bahkan lebih parah, ingin bersetubuh dengan Vira. Setiap kali kulihat dada seksinya, batang kejantananku mulai tegang. Malah, kadang-kadang kalau sedang duduk di belakangnya, Vira seringkali membangkitkan nafsuku dengan melepas ikat rambutnya dan menaikkan rambutnya hingga lehernya terlihat. Juga bibirnya yang sexy, yang mungkin terlalu enak untuk dicium dan dikulum. Nafsuku yang sudah meledak suka ingin membuatku melepaskan celana dan onani di depan wajahnya. Aku juga ingin memiliki fotonya buat bahan onani di kamar atau di kamar mandi. Tetapi berhubung nafsuku sudah kelewat batas, aku sering onani dengan bahan hanya menggunakan daya khayalku saja.
Yang membuatku bertambah nafsu, Vira gampang sekali dirangkul atau dipeluk cowok. Kupakai kesempatan ini dengan memeluk bagian pinggangnya, apalagi Vira malah menanggapinya dan membalasnya. Kemudian, pada saat ujian negara semester 1, wanita diharuskan memakai rok panjang semata kaki. Begitu kulihat Vira, wuaih.. anggun sekali! Apalagi dengan tambahan belahan roknya yang hampir sedengkul. Ketika kebetulan dia duduk, kulihat pahanya yang ternyata tidak sehitam kulit bagian lainnya, melainkan lebih coklat muda, hampir putih. Batang kejantananku kembali terangsang. Sesampainya di rumah, aku melakukan onani lagi.
Lalu, inilah saat-saat yang mengejutkan. Setelah midtest semester dua, salah seorang temanku ingin main ke rumahku yang juga mengajak beberapa teman-teman lainnya. Kebetulan orangtuaku sedang tidak ada di rumah. Bagian yang paling mengejutkan dan membuat nafas memburu adalah Vira ikut juga ke rumahku. Hari itu Vira memakai kemeja yang agak memperlihatkan bagian pusarnya. Di rumah aku mencoba biasa saja dan berusaha menutupi nafsu birahiku.
Tidak lama Vira ingin ke kamar mandi. Karena rumahku bertingkat, dan kamar mandi atas lagi rusak (airnya tidak jalan), kuantarkan Vira ke kamar mandi bawah (sementara teman-teman lainnya di atas main Play Station) sambil mencoba menstabilkan nafas yang memburu melambangkan orang penasaran.
Sejenak aku berpikir, “Terlalu nekat nih.. tapi, kapan lagi..?”
Akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diriku. Aku pura-pura menjelaskan bagian-bagian kamar mandiku kepada Vira.
https://profile.hatena.ne.jp/marsyaoktavia/
https://speakerdeck.com/marsyaoktavia
https://network.changemakers.com/profiles/marsyaoktavia02
https://poptype.co/marselina/crownqq-i-agen-bandarq-i-aduq-online-i-dominoqq-terbaik-i-domino99-online-terbesar
https://uberant.com/users/herlinmar99/
Tidak lama kemudian kulakukan niat gilaku.
“Emm.. Yan..!” aku bertanya agak gemetaran sambil melihat tangga.
Vira menjawab, “Apaan sih..? Ada apa..?”
“Ehmm.. Gue.. boleh..,” Vira langsung memotong, “Apaan sih..! Boleh apaan..?”
“Gue boleh cium elo, nggak..?”
Batinku berkata, “Kok kayak anak SMP yah..? Tapi, bodo amat lah..!”
Vira agak tertegun, “Hah..! Ee.. emm..”
Entah adrenalin dari mana yang datang, tiba-tiba kupegang pinggang kanannya sambil menarik Vira ke pelukanku. Vira terlihat tidak berdaya, hanya agak mendesah. Langsung saja kucium perlahan bibir seksinya itu.
Awalnya bibir Vira hanya diam saja, terkadang agak membuka lebar. Namun setelah agak lama, Vira mulai memejamkan matanya dan langsung melingkari kedua tangannya di leherku, lalu membalas ciumanku ditambah jilatan di ujung bibirku. Sesekali Vira juga mengulum lidahku dan agak digigit.
Aku mendengar desahan Vira, “Ehmm.. eehh.. mm..” mungkin karena menikmati kulumannya.
Lalu Vira yang mulai agresif, mendorongku ke tembok sambil membuka bajuku. Terpikir olehku, seperti di film saja. Setelah bajuku lepas, Vira melemparkannya ke lantai dan menjilati dadaku, lalu turun menjilati bulu daerah pusarku. Bukannya geli yang kurasakan, tetapi justru menambah kencangnya ereksi batang kemaluanku. Lalu kubalas lagi melucuti kemejanya. Terlihat buah dadanya yang bulat sexy.
Sambil meneruskan ciuman mautku, kulepas kaitan BH-nya. Kulempar BH-nya ke lantai dan mulai menghisapi buah dada Vira.
“Aghh.. ahhgghh.., Di.. aahh..!” Vira terlihat berkeringat dan mengeluarkan desahan.
Beruntung pintu kamar mandi sudah kututup rapat. Puting Vira kubasahi dengan ludah dan kujilati kembali. Vira juga sesekali menjambak rambutku dan menjilati daun telingaku. Setelah lama bermain pada puting payudaranya, kulepaskan celana panjang dan celana dalamku. Kemudian aku menyender di tembok sambil memegangi batang kejantananku yang sudah berdiri tegang dan agak berurat. Vira tidak mulai memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, tapi malah memainkannya dengan sedikit kocokan. Serentak dengan masuknya batang kejantananku ke mulut Vira, aku merasakan ada semacam getaran listrik di daerah pinggul dan selangkangan.
“Eghh.. Yan.. ehhgghh..!” aku juga mendesah karena enaknya hisapan Vira.
Sesekali Vira juga meludahi ujung batang kemaluanku dan menjilati pinggirnya. Akhirnya, kuajak Vira untuk melakukan persenggamaan.
“Ehh.. Yan.. gue masukkin yahh.. hh..!” sambil nafasku naik-turun.
Tanpa banyak bicara kecuali sedikit desahan, “Eughh.. ehh..” Vira langsung mendorongku ke dudukan WC, sehingga aku terduduk dan Vira duduk di pangkuanku setelah melucuti celananya.
Wajahnya menghadap ke arahku. Vira sendiri yang mengarahkan batang kemaluanku ke lubang vaginanya.
“Esshhghh.. emmhh..!” Vira mendesah namun seperti tertahan.
Wajahnya terlihat agak merah. Dari situ kuketahui kalau dia sepikiran denganku. Tidak ingin suaranya kedengeran. Akhirnya aku melakukan persetubuhan untuk pertama kalinya. Setelah Vira menusukkan batang kejantananku ke liang senggamanya, aku merasakan ujung batang kejantananku menabrak dan mendorong sesuatu. Nampaknya selaput daranya tertekan.
Batinku berkata, “Yess.. Vira masih perawan.”
Vira mencoba mengayunkan badannya ke atas dan bawah.
Kugoyangkan juga badanku ke atas dan ke bawah. Kurasakan selaput Vira sudah robek. Mungkin nanti akan terlihat noda darah. Goyangan Vira semakin kencang. Sekujur tubuhnya terlihat kucuran keringat. Bagitu juga badanku, terutama bagian leher. Kuusapi keringatnya dengan tanganku sambil mengelus tubuh seksinya, juga kutempelkan badannya ke badanku. Karena aku takut tutup WC-nya jebol, kuangkat Vira dengan batang kejantananku masih menancap, dan kutiduri Vira di lantai. Untung lantainya belum basah, jadi masih bersih. Kukangkangkan kedua kakinya, kutempelkan di pinggang dan kupegangi. Goyanganku kini maju mundur.
“Aghh.. aah.. Di.. a.. ayo.. Di..!” Vira kembali mendesah sambil memanggil namaku.
Kembali aku merasakan adrenalin aneh merasukiku. Biasanya senafsu-nafsunya aku onani, paling cepat hanya 5 menit. Karena di kamar mandiku ada jam dinding, kulihat sudah hampir 10 menit sejak ciuman pertamaku itu, aku belum juga mencapai klimaksnya. Kalau onani pasti sudah keluar dari tadi. Akhirnya, Vira ejakulasi duluan. Di sekujur batang kemaluanku kurasakan cairan hangat dari vaginanya. Kocokanku masih berlanjut, tetapi tidak lama. Aku merasa juga sudah ingin segera mencapai orgasmeku. Karena takut keluar di dalam, segera kucabut batang kejantananku. Aku bermaksud untuk memuncratkan spermaku di wajahnya.
Sambil kudekatkan batang kemaluanku ke bibir Vira, kukocok sedikit lagi dengan telapak kananku yang sebagian dipenuhi oleh air mani Vira. Kemudian ketika mau keluar, Vira ikut memegangi batang kemaluanku.
“Crot.. crot..!” Spermaku membanjiri wajahnya.
Nampak seputar bibirnya dipenuhi sperma putih kental. Juga di pipinya, hidung, alis dan ada yang memuncrat hingga mengenai rambutnya. Sisa-sisa spermaku ditelan habis oleh Vira.
“Aghh.. Di.. sperma loe banyak bangeetthh..!” Vira mencoba berbicara sambil masih mengocok batang kejantananku dan membersihkan wajahnya dari lelehan cairan panas itu.
“Ghhahh.. ahh.. Yan.. capek nih gue..! Kuat juga elo..!” aku mencoba bercanda.
Vira membalas, “Eughh.. ehh.. elo lagi.. kuat banget..!”
Akhirnya Vira membersihkan bekas sperma yang membasahi sekitar wajahnya dan berpakaian kembali. Aku sepakat dengan Vira untuk bilang kalau kami tadi lagi nelpon dulu, jadi agak lama naiknya, biar yang lainnya tidak pada curiga, dan Vira menjawab setuju dengan ciuman.
Setelah melakukan persetubuhan itu, Vira ke atas duluan, pura-pura tidak ada apa-apa. Begitu juga aku sehabis berbohong menelepon. Agen BandarQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar